Pada artikel kali ini Asaljeplak akan berikan penjelasan mengenai sejarah candi Borobudur mulai dari pembangunan hingga kepada proses pemugarannya setelah menghilang berabad-abad.
Daftar Isi
Sejarah Candi Borobudur
Candi ini memiliki sejarah panjang dalam proses berdirinya. Sampai saat ini belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapa yang membangun dan dengan tujuan apa Candi Borobudur ini dibangun. Candi ini diperkirakan dibangun pada tahun 800 Masehi.
Perkiraan tersebut didasarkan pada perbandingan aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang umumnya digunakan pada prasasti kerajaan di abad ke-8 dan ke-9.
Selain itu, sempat ada ketidakjelasan dari peninggalan agama apa Candi Borobudur itu sendiri, apakah agama Hindu atau agama Budha. Diketahui bahwa penduduk dinasti Syailendra adalah penganut Agama Budha aliran Mahayana yang taat.
Namun disisi lain, berdasarkan temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin menganut agama Hindu Siwa. Di masa itu, memang banyak dibangun berbagai Candi Budha dan Candi Hindu di dataran Kedu. Candi Shiwalingga adalah contoh Candi Hindu yang berdiri di dekat kawasan Candi Borobudur.
Meski begitu akhirnya Candi Borobudur disepakati masuk dalam peninggalan agama dan kerajaan Budha. Borobudur sendiri dibangun bersamaan dengan Candi-Candi di dataran Prambanan yang bercorak Hindu, meskipun Borobudur selesai lebih dulu.
Konon, Candi ini dibangun ketika masa kerajaan dinasti Syailendra di daerah Jawa Tengah dengan memakan kurun waktu 760 – 830 Masehi atau sekitar 75 – 100 tahun. Waktu yang sangat lama, bukan?
Tapi dengan waktu yang selama itu, menghasilkan karya yang luar biasa dan menakjubkan yang bisa dinikmati sampai saat ini. Candi Borobudur baru benar-benar selesai sampai 100% ketika pada pemerintahan Raja Samaratungga pada tahun 825 Masehi.
Pembangunan Candi Borobudur
Jika kita membahas proses pembuatannya, tentunya akan sangat menakjubkan. Pada awal mulanya, Candi Borobudur hanya berupa rancangan stupa tunggal yang sangat besar menghiasi puncaknya.
Karena stupa tersebut terlalu besar dan berat sehingga dianggap membahayakan, maka kemudian stupa tersebut dibongkar dan diganti dengan menjadikannya tiga stupa kecil dan satu stupa induk ditengah, seperti yang bisa dilihat sekarang. Proses dari pembangunan Candi ini membutuhkan beberapa tahap, antara lain :
Tahap Pertama
Tahap awal dari pembangunan Candi Borobudur ini adalah dengan meletakkan fondasi dasar Candi. Dibangun diatas bukit alami dengan meratakan bagian atas bukit sehingga pelatasan datar bisa diperluas, Candi ini dibangun menggunakan batu andesit, namun tidak seluruhnya.
Bagian tanah yang berada di bukit dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit. Sisa bagian bukit yang belum tertutup, ditutup kembali menggunakan struktur batu lapis.
Awalnya Borobudur dibangun dengan tingkatan berundak seperti rancangan piramida. Namun, susunan tersebut diubah menjadi tiga susunan pertama yang dari rancangan sebelumnya.
Tahap Kedua
Pada tahap selanjutnya tidak banyak proses yang dilakukan untuk pembangunan Candi tersebut. Pada tahap kedua ini hanya dilakukan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar dengan di atasnya langsung dibangun stupa tunggal yang besar.
Tahap Ketiga
Pada tahap ini, terjadi perubahan rancangan bangunan tepatnya di bagian atas undakan. Undakan atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan dirubah menjadi tiga undakan berbentuk lingkaran.
Di pelataran ini juga dibangun stupa-stupa kecil yang berbaris melingkar dengan satu stupa induk yang besar berada di tengahnya. Pondasi dasar Candi juga diperluas kemudian dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga.
Tahap Keempat
Pada tahap terakhir ini, proses pembangunan dilakukan dengan merubah sedikit bagian Candi dan finishing. Perubahan kecil tersebut meliputi penambahan pagar langkan terluar, penyempurnaan pada bagian relief, perubahan tangga dan pelengkung dari gawang pintu serta pelebaran ujung kaki. Setelah proses perubahan selesai, maka Candi Borobudur juga sudah rampung dibangun.
Diperkirakan antara tahun 928 – 1006 Masehi setelah pembangunan Candi selesai, Candi ini ditinggalkan dan dibiarkan tidak terawat. Hal ini dikarenakan raja Mpu Sindok telah memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur dengan alasan adanya letusan gunung berapi.
Restorasi Candi Borobudur
Setelah waktu yang lama, Candi Borobudur ditemukan kembali setelah hilang dan terlantar selama berabad -abad. Candi Borobudur terkubur dibawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi oleh pepohonan dan semak belukar yang menjadikan Borobudur menyerupai bukit pada saat itu.
Raffles adalah sosok yang dianggap berjasa menemukan Candi Borobudur ini. Pasalnya, ketika melakukan inspeksi ke Semarang, ia mendengar kabar adanya monumen besar yang yang tersembunyi di dalam hutan. Kemudian Raffles mengutus Cornelius menyelidiki hal tersebut.
Dan dalam kurun waktu 2 bulan, Cornelius dan 200 bawahannya berhasil menebang pohon dan belukar yang tumbuh di bukit Borobudur serta membersihkan tanah yang mengubur Candi ini. Akhirnya mereka berhasil menemukan monumen yang hilang tersebut.
Setelah ditemukannya monumen ini, banyak ilmuwan dari penjuru dunia yang menelitinya. Karena dilakukan penelitian secara terus menerus ini, Candi Borobudur semakin dikenal dan terkenal di seluruh penjuru dunia.
Lantaran dianggap sebagai situs sejarah yang penting, maka pemerintah melakukan penambahan akses keamanan untuk melindungi dari pencurian dan perusakan. Setelah renovasi, tepatnya sekitar tahun 1991, Candi Borobudur dimasukkan kedalam daftar situs Warisan Dunia kategori budaya oleh UNESCO. Candi Borobudur juga dimasukkan dalam 7 keajaiban dunia yang spektakuler.
Zona di Candi Borobudur
Selain tahap pembuatannya, kamu juga harus mengenal beberapa zona disana yang membuat Candi ini tampak istimewa. Beberapa zona ini dibagi berdasarkan tingkatan-tingkatan dan memiliki filosofi tersendiri, yakni :
Zona Kamadhatu
Kamadhatu sendiri memiliki filosofi yang mencerminkan alam dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh manusia saat ini. Pada zona ini, terdapat kurang lebih 160 relief yang menjelaskan tentang hukum sebab akibat atau Karmawibhangga Sutra.
Relief yang ada di zona ini menggambarkan dengan jelas mengenai sifat dan nafsu manusia seperti yang sering terjadi saat ini, misalnya saja membunuh, merampok, memp*rkosa, fitnah dan penyiksaan.
Tudung stupa yang berada di bagian dasar zona Kamadhatu ini sengaja dibuka secara permanen dengan maksud agar pengunjung bisa melihat keindahan relief yang tersembunyi di bagian bawah.
Zona Rupadhatu
Zona kedua yang terdapat di Borobudur diberi nama Rupadhatu. Rupadhatu ini sendiri memiliki arti sebagai alam peralihan. Maksudnya adalah alam dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia merupakan konsep zona ini.
Disini juga terdapat sekitar 328 patung Budha yang begitu indah dan memiliki hiasan berbentuk ukiran berupa relief yang cantik.
Dari sebuah penelitian menurut manuskrip Sansekerta, pada bagian ini terdiri dari 1.300 relief yang berupa Jataka, Gandhawyuha, Lalitawistara dan Awandana yang membentang sejauh 2,5 Km dengan total panel mencapai 1212 buah.
Zona Arupadhatu
Zona yang terakhir ini dianggap sakral dan dinamakan Arupadhatu. Hal ini karena Arupadhatu memiliki arti alam tertinggi atau rumah Tuhan. Zona ini memilliki tiga serambi dengan bentuk lingkaran yang mengarah ke kubah dan menggambarkan kebangkitan dunia.
Di bagian ini tidak terdapat ornamen, relief ataupun hiasan dan ini menggambarkan dari kemurnian tertinggi. Serambi yang terdapat pada zona Arupadhatu terdiri atas stupa yang berbentuk lingkran dan berlubang, lonceng terbalik dan berisikan patung Budha yang mengarah ke bagian luar Candi. Ada sekitar 72 stupa yang terdapat di zona Arupadhatu ini.
Baca juga artikel sejarah Nusantara kami lainnya:
- Sejarah Kerajaan Tarumanegara
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya
- Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
- Sejarah Kerajaan Kalingga
Semoga artikel mengenai sejarah Borobudur ini dapat membuat kamu lebih memahami lagi mengenai bagaimana kehidupan di Nusantara pada jaman dahulu sebelum bersatu di bawah Republik Indonesia.