Daya saing terkadang dapat berdampak negatif pada anak-anak. Berikut cara untuk mengendalikan sifat terlalu kompetitif yang dimilik anak Anda.
Daya saing adalah sifat umum yang dimiliki pada orang dewasa, dan sifat kompetitif seringkali dapat dimulai sejak masa kanak-kanak. Ketika orang tua melihat kecenderungan ini meningkat pada anak-anak, mungkin ini saatnya untuk fokus pada kontrol pengajaran kepada anak Anda yang terlalu kompetitif.
Sementara daya saing dapat dengan mudah dikelola untuk beberapa anak, untuk beberapa anak lain mungkin sulit. Anda mungkin bertanya-tanya mengenai batasan bagaimana mengetahui apakah anak Anda sudah terlalu kompetitif atau normal, dan apa yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkannya.
Sebagai permulaan, penting untuk terlebih dahulu tahu menempatkan kompetitif dalam konteks. Daya saing dapat muncul secara berbeda tergantung pada usia anak. Pada anak-anak kecil, daya saing biasanya muncul pada hal-hal mendasar seperti siapa yang dapat makan atau lari lebih cepat.Tapi seiring bertambahnya usia, daya saing dapat meningkat atas kinerja yang dilakukan dan bisa di komparasi.
Pada anak-anak sering kali daya saing muncul dalam permainan atau pertandingan olahraga, namun untuk anak yang berusia lebih tua, mereka juga mungkin lebih kompetitif di bidang-bidang lainnya seperti akademik.
Kompetitif bukanlah hal yang buruk, karena hal tersebut lebih besar dari sekedar menang dan kalah, dan dapat menjadikan seseorang dapat melakukan lebih baik dalam berbagai hal.
Herman menjelaskan bahwa anak-anak dan remaja yang kompetitif dapat menggunakannya dengan cara yang positif seprti untuk meningkatkan keterampilan bola basket atau nilai bahasa Inggris mereka, misalnya, atau aspek lain dari kehidupan mereka.
Sifat kompetitif akan menjadi masalah ketika Anda mulai tidak dapat menikmati kesuksesan Anda sendiri, atau merasa kesal dengan orang lain yang baik-baik saja.
Sementara beberapa anak mungkin menggunakan kompetisi sebagai cara untuk tumbuh dan berkembang, yang lain mungkin mengambil kompetisi terlalu jauh. Apakah anak akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya, atau akan belajar dari kekalahan tersebut.
Beberapa anak mungkin tidak dapat menerima kekalahan dengan baik, namun setiap anak mengekspresikan hal ini secara berbeda, tapi hati-hati jika mereka mulai merasa marah dengan segalanya. Kapan pun memungkinkan, sangat ideal untuk mengatasi masalah ini pada anak-anak sebelum mereka mulai menjadi terlalu kompetitif.
Cara terbaik bagi orang tua atau pelatih untuk menangani daya saing adalah dengan memberi contoh dan menunjukkan jiwa kompetitif yang sehat.
Jiwa kompetitif yang sehat memiliki proses belajar bagaimana menerima kekalahan namun tetap harus bangkit untuk menjadi lebih baik lagi. Anda juga harus mengajarkan mereka mengenai sportifitas, dimana pada setiap pertandingan seseorang harus menang dan seseorang harus kalah. Yang penting adalah mereka sudah melakukan yang terbaik.
Bina anak-anak Anda untuk memahami ‘pemicu’ dari sifat kompetitif mereka, dan ajarkan mereka untuk mengendalikan emosi mereka, dan mengembalikan fokus pada usaha untuk melakukan yang terbaik terlepas dari hasilnya nanti. Hal ini penting untuk membantu membangun kesadaran diri pada anak-anak, sekaligus mengekang reaksi cepat dan berapi-api akibat jiwa yang terlalu kompetitif.
Teknik-teknik mencoba untuk mengelola stres, seperti meditasi dapat dicoba karena bisa sangat berguna untuk anak-anak yang hiperfokus pada ‘kegagalan’ dengan membuat mereka keluar dari pikiran tersebut dan berfokus pada yang di depan mata mereka, di waktu sekarang dan ke depannya.
Taktik lain yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan mendengarkan dan berikan respons santai terhadap ambisi mereka untuk menang. Hal tersebut berguna agar anak Anda membangun dan membentuk rasa aman jika mereka gagal.