“Hah? Mas Beni beneran suka sama saya?”, Ajeng tampak kebingungan karena ditembak Beni pada saat jam 7 pagi sewaktu dia baru turun dari mobil pribadinya.
“Beneran, Jeng, mas Beni sayaaang banget sama Ajeng…”, Beni berkata dengan intonasi suara yang super duper lembut, yang bahkan melebihi lembutnya pantat bayi, ataupun pantat bayi orang utan.
Korban Beni kali ini adalah Ajeng, seorang putri dari kalangan ningrat keraton, yang dalam berbahasa sungguh lemah gemulai dan sopan serta santun, sehingga tiap kata-kata yang keluar dari mulutnya laksana alunan gending yang mengalun merdu dihiasai keindahan nyanyian seorang sinden. Sungguh kontras apabila dibandingkan dengan suara Beni, yang lebih mirip kambing yang ketakutan karena akan disembelih setiap hari raya Qurban.
“ Aduh, bagaimana, ya, mas… saya bingung menjawabnya…”, alunan Sinden bergema di udara…
“ Jawab saja, iya, dik Ajeng, kakanda sangat ingin bersama dengan dik Ajeng”, Beni kembali sok romantis dan sok berkata lemah lembut… mbeeeek….
Ajeng tampak berpikir keras. Karena, kalau dilihat dari status sosial, mereka mempunyai derajat yang sama sebagai seorang bangsawan. Tetapi, sungguh, rupa Beni tampak jauh dari seorang bangsawan, dan pasti hanya akan dikira seorang kusir delman apabila menjadi pasangan untuk pergi ke kondangan. Mungkin karena hal itu, Ajeng tampak sangaaat mempertimbangkan tawaran Beni untuk menjadi pacarnya.
“ Mas Beni…”
“ Iya, dik Ajeng…”
“ Mas Beni sayang sama Ajeng?”
“Sangat saayaang, Jeng, serius…”
“Lalu, mas…”
“ Mas Beni lebih suka anjing atau kucing? ”
“ Ya kucing lah, anjing kan haram dalam agama kita, dik Ajeng…”
“ O, begitu…”
Dalam waktu beberapa detik saja, tiba-tiba sesuatu menyalak dari kejauhan dan berlari mendekati Beni.
GUK GUK GUK !!!!!
Beni tampak heran, dan kemudian sadar akan bahaya yang mengancam jiwanya, kemudian berlari lari menghindari anjing liar yang mengejarnya sembari menyalak-nyalak dengan kencang.
Beni berlari-lari dari anjing tersebut sembari diiringi alunan biola yang seakan-akan mengerti kepedihan yang dialami Beni.
Catatan si Beni :
“hosh…hosh… gila tuh…hosh… cewek… hosh… punya..hosh…anjing segede itu… hosh…”
Catatan si Ardha :
“kasiaan… pasti capek deh…. Anjingnya….”
Catatan si Beni :
“kurang…hosh… ajar lo Dha…. Masa… hosh…lo lebih…hosh…. Care ama anjingnyaaaa.?”
Catatan si Ardha :
“yah, dijadiin pelajaran aja buat lo, Ben…. Lain kali jangan nyari cewe kaya gitu…”
Catatan si Beni :
“cewek….hosh….keturunan ningrat??” *masih ngos2an
Catatan si Ardha :
“bukanlaaah!! Jangan nyari cewe yang miara anjing,,, kaya’nya anjing2 pada punya dendam ama lo,, hahahahahahaha”
1 komentar untuk “Beni Mencari Cinta…(laura???) part 3”
part anjingnya agak maksa niihh…lebih suka yang kedua… 😉