Berikut ini merupakan review dari Asaljeplak atas film The Shape of Water yang bergenre Drama, Fantasi dan tayang pada tahun 2017.
Daftar Isi
Info Film
Judul Film | The Shape of Water |
Genre | Drama, Fantasi |
Tahun Rilis | 2017 |
Sutradara | Guillermo Del Toro |
Penulis Naskah | Guillermo Del Toro |
Dibintangi oleh | Sally Hawkins, Octavia Spencer, Michael Shannon |
Sinopsis Film
Film yang berhasil memenangi penghargaan Academy Awards 2018 ini merupakan sebuah film drama-fantasi mengenai kisah cinta seorang wanita bisu kepada sesosok mahluk hybrid antara ikan dan manusia.
Trailer Film
Review Film
A. Grafik, Visual, Sinematografi
Menurut Asaljeplak, “warna” alias “tone” yang ditampilkan dalam film The Shape of Water ini konsisten, dan sinematografinya pun apik. Secara visual film ini, setidaknya di mata Asaljeplak, merupakan salah satu film yang “cantik”.
B. Alur dan Kekuatan Cerita
Keunggulannya di segi visual dan sinematografi sayangnya, menurut Asaljeplak, tidak dibarengi dengan kualitas cerita yang memadai. Bahkan, Asaljeplak sangat terkejut kenapa film ini bisa memenangi Oscar.
Kenapa? Silahkan dibaca sinopsisnya, di situ tertera bahwa ini secara tidak langsung merupakan kisah “beastiality” alias fetish antara seorang wanita bisu dengan mahluk setengah binatang (yang cukup bikin jijik dan geli, tapi itu juga kenapa Asaljeplak beri nilai tinggi pada visualnya).
Ditambah lagi, karakter utama (si wanita bisu) di sini menurut Asaljeplak cenderung terlalu egois dan terlalu dimaklumi orang-orang terdekatnya, bahkan saat itu sangat merugikan mereka.
Hal itu tidak terlalu menjadi masalah, tapi ini sangat membuat protagonis pada film ini sangat-sangat tidak bisa mendapatkan simpati dari Asaljeplak saat menontonnya.
Jadi kalau disimpulkan pesan moralnya seperti ini,
“Seseorang yang memiliki kekurangan (dalam hal ini bisu), harus selalu dimaklumi dan dimengerti meskipun kemauannya sangatlah membahayakan orang-orang sekitarnya dan kadang tidak masuk akal.”
Oh iya, sudah Asaljeplak sebutkan kan kalau ini kisah “cinta” antara manusia dengan siluman ikan? (diberi tanda kutip karena film ini lebih menonjolkan sisi “nafsu” ketimbang “cinta”)
C. Kualitas Akting
Walaupun begitu, kualitas akting dari Sally Hawkins patut diacungi jempol meskipun dia tidak memiliki dialog apapun. Mimik muka, ekspresi, dan lain-lainnya itu “dapet” banget kalau menurut Asaljeplak.
Sayangnya karakter lainnya tidak terlalu mengesankan, kecuali antagonis nya. Kalau si silumannya sih ya gimana ya? bingung juga itu antara akting bagus atau spesial efek atau kostum yang bagus, karena silumannya tidak ada dialog juga.
D. Layak ditonton Anak atau Tidak?
TIDAK. Ada beberapa adegan kekerasan, darah, dan aktivitas tanpa busana di film ini. Sangat tidak dianjurkan ditonton anak yang masih di bawah umur.
E. Kesimpulan
Asaljeplak tidak tahu menahu bagaimana politik di balik Academy Awards, tetapi mengingat isu imigran dan anti-Trump sedang sangat digembar-gemborkan, tidak heran kalau film ini ditunjuk sebagai pemenangnya.
Tapi okelah kita bahas dari sisi filmnya saja.
Kesimpulannya, sinematografi memukau dengan efek visual yang baik dan “tone” yang konsisten, tapi lemah dari segi cerita, dan bahkan sangat kurang dibangun romantisme antara protagonis dengan siluman ikan, sehingga Asaljeplak tidak “dapat” emosinya.
And please, stop promoting politic’s propaganda and weird fetish, Hollywood!